kau..cantikkkkkkkkk
Kalau mau jujur, hidup manusia sebenarnya terdiri atas onggokan kisah. Menolak kenyataan ini berarti dia tidak menyadari pengalaman hidupnya sehari-hari. Kisah selalu berawal dari pengalaman. Hanya orang yang suka mengawanglah yang tidak berkisah dari pengalamnnya. Dan pengalaman itu merupakan rajutan manusia pada umumnya. Pengalaman itu dituangkan dalam kisah. Karena kesadaran diriku sebagai mahluk berkisah ini, maka saya mencoba mengisahkan apa yang aku alami. Namun sebelumnya aku memberikan catatan singkat bahwa apa yang kukisahkan ini tidak hendak mengubah pandangan anda tentang diri anda tetapi sekedar mengenal sisi lain dari kehidupan orang lain.
Hari ini aku datang untuk menemui seorang Guru. Pertemuan itu bagiku sangat luar biasa dari pertemuan sebelumnya. Luar biasa karena banyak kekayaan hidup yang harus aku timba dari sang Guru itu. Pertemuan ini bukanlah pertemuan perdana, tetapi pertemuan rutin selayaknya seorang guru dan murid. Sang guru pertama-tama bertanya kepada saya, anakku! apa yang kamu ketahui tentang kecantikan? Mendengar kata itu, serentak aku terheran-heran karena pertanyaan itu sungguh berada di luar kurikulum yang sudah ditetapkan bersama. Lebih dari itu, sang guru menantang saya agar mengenal siapa yang lain bagiku (the other). Dia mengajak saya untuk berjalan ke wilayah yang belum pernah kugumuli. Bagiku, Kecantikan adalah terminologi untuk dunia kaum hawa. Kata ini diungkapkan untuk mengatakan sebuah kualitas seorang perempuan. Demikian khayalan singkatku tentang kata ini. Karena saya belum mengeluarkan sepatah-katapun, sang guru mengulangi pertanyaannya. Apa itu kecantikan? Dengan tergesa-gesa dan dalam ketakyakinan akan kebenaran jawabanku, aku pun menjawab. Kecantikan itu soal keadaan seorang wanita. Keadaan cantik bagi wanita adalah tubuh yang lansing, rambut lurus, muka yang mulus, hidung mancung, bibir seksi dan kategori yang baik dari wanita dalam tataran badaniah. Demikian aku menjelaskan kata kecantikan kepada Guruku.
Saya malu tersipu-sipu ketika menyaksikan reaksi yang penuh sinis dari sang Guru. Lalu, saya berani bertanya kembali. Memang ada yang salah dengan jawabanku? Sang Guru menjawab, jawabanmu benar karena lahir dari apa yang kamu lihat dan rasakan. Dan pengetahuanmu memang hanya terbatas sampai di situ. Kamu belum bisa berkata sesuatu yang melampaui apa yang kamu lihat dan rasakan. Apalagi itu Guru? Gumamku dalam hati. Kemudian ia melanjutkan, banyak wanita yang cantik, tetapi hatinya sangat buruk rupa. Banyak wanita yang elok tetapi prilakunya sangat buruk. Begitu banyak wanita yang tubuhnya cantik, tetapi prilakunya jauh dari kenyataan cantik yang digambarkan dalam tubuhnya. Sebaliknya tidak sedikit wanita memiliki rupa yang sedang-sedang bahkan boleh dibilang buruk, tetapi prilakunya sangat cantik. Cantik bukan apa yang muncul dari luar diri, tetapi apa yang tersembul dari kedalaman jiwa. Ketika kecantikan itu berasal dari dalam, maka kelihatan hidupnya tertata rapih dan indah. Dalam hal ini wanita itu bercahaya.
Wanita bercahaya? Mengapa hanya wanita yang bercahaya? Sang Guru balik bertanya, kamu tidak percaya akalu wanita itu bercahaya? Ya, jawabku. Laki-laki sebenarnya penuh dengan kegelapan dan wanita hadir dalam hidupnya untuk menerangi dia agar bisa melihat dirinya dalam terang cahaya. Tanpa cahaya, kita tidak bisa melihat apa-apa di dalam diri dan di luar diri kita. Wanita yang bercahaya membuka tabir kegelapan yang ada dalam dunia laki-laki sehingga dia bisa menyadari keberadaannya sebagai laki-laki yang sejati. Dan anda sudah tahu bahwa anda hendak menghindarkan diri dari dunia wanita. Mau terus bergulat dengan hidup dalam kegelapan atau mengalami pencerahan hidup berkat pancaran cahaya dari seorang wanita? Aku pun bingung dan segera pamit...... dalam hati aku bertanya, siapakah wanita sehingga ia bercahaya. Darimanakah cahaya itu dia dapat. namun satu hal yang aku sadari bahwa tidak semua wanita bercahaya kalau dia tidak menjaga kecantikan dirinya secara utuh seperti yang dituturkan sang Guru. Mungkin itulah yang sering disebut “The Inner Beauty” itu? Gak tahu lah....
Dalam perjalanan pulang sambil mengayuh sepedaku yang tercinta, aku merumuskan sendiri persoalan “apa itu Cinta”. Cinta bukan diasalkan pada orang lain. Dia hadir, bersemi dan bertumbuh dalam diri setiap orang. Namun cinta yang ada dalam diri itu tidak akan menjadi energi yang positif bagi hidup tanpa kehadiran orang lain yang membangunkan cinta itu dari tidur manisnya. Tanpa orang lain, cinta itu tidak bisa diekspresikan. Dia mati terkapar dalam diri setiap orang yang tidak mau membukakan dirinya bagi kehadiran yang lain. Eh....cinta...
Inilah kisahku. Kisahnya ini rupanya fiksi tetapi sebuah kisah nyata yang dilukiskan sedemikian rupa sehingga yang tampak hanya seolah-olah fiksi. Sekian....
Hari ini aku datang untuk menemui seorang Guru. Pertemuan itu bagiku sangat luar biasa dari pertemuan sebelumnya. Luar biasa karena banyak kekayaan hidup yang harus aku timba dari sang Guru itu. Pertemuan ini bukanlah pertemuan perdana, tetapi pertemuan rutin selayaknya seorang guru dan murid. Sang guru pertama-tama bertanya kepada saya, anakku! apa yang kamu ketahui tentang kecantikan? Mendengar kata itu, serentak aku terheran-heran karena pertanyaan itu sungguh berada di luar kurikulum yang sudah ditetapkan bersama. Lebih dari itu, sang guru menantang saya agar mengenal siapa yang lain bagiku (the other). Dia mengajak saya untuk berjalan ke wilayah yang belum pernah kugumuli. Bagiku, Kecantikan adalah terminologi untuk dunia kaum hawa. Kata ini diungkapkan untuk mengatakan sebuah kualitas seorang perempuan. Demikian khayalan singkatku tentang kata ini. Karena saya belum mengeluarkan sepatah-katapun, sang guru mengulangi pertanyaannya. Apa itu kecantikan? Dengan tergesa-gesa dan dalam ketakyakinan akan kebenaran jawabanku, aku pun menjawab. Kecantikan itu soal keadaan seorang wanita. Keadaan cantik bagi wanita adalah tubuh yang lansing, rambut lurus, muka yang mulus, hidung mancung, bibir seksi dan kategori yang baik dari wanita dalam tataran badaniah. Demikian aku menjelaskan kata kecantikan kepada Guruku.
Saya malu tersipu-sipu ketika menyaksikan reaksi yang penuh sinis dari sang Guru. Lalu, saya berani bertanya kembali. Memang ada yang salah dengan jawabanku? Sang Guru menjawab, jawabanmu benar karena lahir dari apa yang kamu lihat dan rasakan. Dan pengetahuanmu memang hanya terbatas sampai di situ. Kamu belum bisa berkata sesuatu yang melampaui apa yang kamu lihat dan rasakan. Apalagi itu Guru? Gumamku dalam hati. Kemudian ia melanjutkan, banyak wanita yang cantik, tetapi hatinya sangat buruk rupa. Banyak wanita yang elok tetapi prilakunya sangat buruk. Begitu banyak wanita yang tubuhnya cantik, tetapi prilakunya jauh dari kenyataan cantik yang digambarkan dalam tubuhnya. Sebaliknya tidak sedikit wanita memiliki rupa yang sedang-sedang bahkan boleh dibilang buruk, tetapi prilakunya sangat cantik. Cantik bukan apa yang muncul dari luar diri, tetapi apa yang tersembul dari kedalaman jiwa. Ketika kecantikan itu berasal dari dalam, maka kelihatan hidupnya tertata rapih dan indah. Dalam hal ini wanita itu bercahaya.
Wanita bercahaya? Mengapa hanya wanita yang bercahaya? Sang Guru balik bertanya, kamu tidak percaya akalu wanita itu bercahaya? Ya, jawabku. Laki-laki sebenarnya penuh dengan kegelapan dan wanita hadir dalam hidupnya untuk menerangi dia agar bisa melihat dirinya dalam terang cahaya. Tanpa cahaya, kita tidak bisa melihat apa-apa di dalam diri dan di luar diri kita. Wanita yang bercahaya membuka tabir kegelapan yang ada dalam dunia laki-laki sehingga dia bisa menyadari keberadaannya sebagai laki-laki yang sejati. Dan anda sudah tahu bahwa anda hendak menghindarkan diri dari dunia wanita. Mau terus bergulat dengan hidup dalam kegelapan atau mengalami pencerahan hidup berkat pancaran cahaya dari seorang wanita? Aku pun bingung dan segera pamit...... dalam hati aku bertanya, siapakah wanita sehingga ia bercahaya. Darimanakah cahaya itu dia dapat. namun satu hal yang aku sadari bahwa tidak semua wanita bercahaya kalau dia tidak menjaga kecantikan dirinya secara utuh seperti yang dituturkan sang Guru. Mungkin itulah yang sering disebut “The Inner Beauty” itu? Gak tahu lah....
Dalam perjalanan pulang sambil mengayuh sepedaku yang tercinta, aku merumuskan sendiri persoalan “apa itu Cinta”. Cinta bukan diasalkan pada orang lain. Dia hadir, bersemi dan bertumbuh dalam diri setiap orang. Namun cinta yang ada dalam diri itu tidak akan menjadi energi yang positif bagi hidup tanpa kehadiran orang lain yang membangunkan cinta itu dari tidur manisnya. Tanpa orang lain, cinta itu tidak bisa diekspresikan. Dia mati terkapar dalam diri setiap orang yang tidak mau membukakan dirinya bagi kehadiran yang lain. Eh....cinta...
Inilah kisahku. Kisahnya ini rupanya fiksi tetapi sebuah kisah nyata yang dilukiskan sedemikian rupa sehingga yang tampak hanya seolah-olah fiksi. Sekian....
Comments
Post a Comment