PELAYANAN YOHANES PEMBAPTIS (MATIUS 3:1-17)

Bagian yang tidak kala penting dan aktual dari tulisan Matius adalah lukisannya tentang Yohanes Pembaptis yang terdapat di bagian awal tulisannya. Letak perikop ini sangat strategis dan sangat masuk akal kalau kita merujuk kepada karya pelayanan Yesus selanjutnya. Yohanes hanyalah tokoh yang mempersiapkan karya Yesus selanjutnya. Dan kita tahu bahwa bab-bab selanjutnya berisikan bagaimana Yesus menggenapi kehendak Allah dalam karyanya sebagai utusan yang dimulai dari percobaannya di padang gurun (Mat 4) dan disusul dengan kotbahnya di atas bukit ( Mat 5).

I. Identitas Yohanes
Dengan merujuk pada tulisan Matius sendiri, Ayat-ayat pengantar (1-3) menonjolkan pengajaran Yohanes, bukan pembaptisannya. Pada ayat 1 aktifitas yang dilukiskan adalah pewartaanya, sedangkan kata baptis hanya merujuk kepada seorang yang mewartakan (berlawanan dengan Mrk 1; 4, “Demikianlah Yohanes datang dan pembaptisan itu terjadi di padang gurun dan berkotbah tentang pembaptisan). Ayat 2 merupakan ringkasan dari pesannya. Sedangkan ayat 3 (gambaran Yohanes yang berasal dari Yesaya) berkata tentang ada suara di padang gurun. Pada ayat berikutnya memberikan gambaran tentang pembaptisan Yohanes tetapi Matius lebih menekankan makna dari ritus itu daripada ritus itu sendiri.
Sedangkan Stefan leks sendiri memperkenalkan Yohanes sebagai pembaptis sekaligus pewarta. Hal ini benar karena dia memiliki data historis tersendiri. Di mana baptisan yang diselenggarakaan oleh Yohanes itu dibenarkan oleh Yosefus, penulis sejarah Yahudi abad I M. Yohanes menyerukan agar semua umat menyucikan diri lewat pembaptisan karena saat yang istimewa itu sudah dekat. Apa itu saat yang istimewa? Mungkin yang dimaksud adalah kedatangan Yesus .
Matius juga menghubungkan Yohanes dengan Elia. Interpretasi dari Matius sendiri yang terdapat dalam Mat 11:14 dikatakan bahwa Yohanes adalah Elia yang akan datang. Kesaksian Lukas juga memperkuat pendapat ini, dialah yang datang lebih dulu dengan Roh dan kekuatan Elia (1:17). Sedangkan gambaran Matius sendiri tentang Yohanes adalah dia yang “memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit” (3:4a). bisa dibandingkan dengan 2 Raj 1:8, sebagai "Seorang yang memakai pakaian bulu, dan ikat pinggang kulit terikat pada pinggangnya.”
Ketika kita masuk dalam pribadi Yohanes sendiri dan mendengarkan kesaksiannya tentang dirinya sendiri, baik dalam Matius atau dalam beberapa injil lainnya Yohanes tidak menyamakan dirinya sendiri sebagai Elia. Sungguh, dalam Yoh 1:12 dia dengan yakin menyangkal bahwa dia adalah Elia. Yohanes berkonsentrasi pada seorang tokoh yang akan datang, bukan dirinya sendiri. Dan dia sendiri mengakui bahwa "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun” (Yoh 1:23, dia mengutip Yes 40:3).
Perbandingan yang mendasar dari kedua tokoh ini (Yohanes dan Elia), yaitu bahwa Yohanes tidak membuat Mukjizat seperti Elia dan dalam kapasitasnya sebagai pewarta, Yohanes disebut sebagai Elia baru. Sebagai “pembela perjanjian” dia tanpa takut melawan otoritas baik yang sekular (seperti Elia melawan Ahab, dan Yohanes melawan Herodes) maupun yang religius (Elia melawan para Nabi dan Imam Baal, sedangkan Yohanes melawan kaum Farisi dan Saduki). Tetapi alasan mendasar yesus menginterpretasikan Yohanes seperti ini bahwa Yohanes mengembar gemborkan hari kedatangan Yahwe dan ini sudah ada dalam ramalan Perjanjian Lama tentang Elia ( Mal. 4:5-6, Mat 11:10).

II. Pewartaan Yohanes
A. Mengumumkan Kerajaan ( 3:1-2)
Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
1. Kerajaan Surga. Sesuai dengan kebiasaan umum Yahudi yang menghindari penyebutan nama Allah dan menggantikannya dengan kata lain yaitu surga. Matius lebih suka menggunakan ungkapan kerajaan Surga daripada kerajaan Allah. Tetapi kedua ungkapan ini memiliki arti yang sama. Kerajaan sendiri berasal dari kata Yunani yaitu basileia dan menekankan kebiasaan atau kekuasaan Allah bukan pada peraturan-peraturan duniawi.
2. Dekatnya kerajaan. Yohanes mengumumkan dekatnya kerajaan surga. Di satu sisi kekuasaan atau pemerintahan Allah itu kekal atau abadi. Namun Mat 3:2 bernubuat bahwa Allah sebentar lagi akan membuat apa yang menjadi milikNya sebagai hak menurut hukum, sebagai kepunyaanNya yang nyata. Ketika hal ini terjadi, kerajaan Allah akan terwujud di bumi seperti di dalam surga dan keadilan akhirnya terbentuk. Singkatnya, ramalan ini bersifat eskatologis bahwa akhir zaman akan dimulai, yaitu hari Tuhan sudah tiba. Persisnya kapan akhir zaman itu tiba, adalah pertanyaan yang terus kita ingat sebagaimana yang kita kembangkan dalam Matius.
B. Panggilan untuk Bertobat
Dekatnya kerajaan surga meminta tanggapan yang pasti yaitu “bertobatlah, kerajaan Surga sudah dekat.” Apakah yang diperlukan dalam pertobatan itu?
a. Perubahan pikiran. Kata yunani untuk pertobatan adalah metanoia dan secara literal dapat diartikan dengan “sebuah perubahan pikiran”. Inilah yang sangat ditekankan oleh Yohanes dalam pewartannya yaitu agar mereorientasi pola pikir mereka.
b. Perubahan hati. Pikiran yang telah diubah mengantar orang kepada perubahan hati yang akan membuka seseorang untuk menerima pembaptisan Yohanes dengan air untuk pertobatan. Perubahan hati dilukiskan dalam ayat 6, “mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.” Tanpa mengakui adanya dosa, pembaptisan menjadi tidak berarti apa-apa.
c. Perubahan hidup. Perubahan pikiran dan hati diteruskan dalam perubahan tingkahlaku atau sikap. Yohanes mendesak, “hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan” (ayat 8), satu aspek pewartaan Yohanes lebih lengkap dikembangkan dalam Luk 3:10-14).
d. Orang-orang Farisi dan Saduki
Mereka mewakili dua pemimpin religius dalam Yudaisme pada saat itu. Mereka tidak menerima pembaptisan Yohanes karena mereka tidak mengakui bahwa mereka berdosa. Walaupun mereka hadir dan mengikuti ritus tersebut. Mereka hanya mengikuti ritus itu sebagai pengamat saja tanpa memberikan arti bagi hidup. Padahal pembaptisan itu akan berbuah kalau mengakui adanya dosa dari pribadi yang menerima baptisan itu. Penerimaan mereka akan pembaptisan dengan air tidak berarti apa-apa. Mereka itu munafik. Mereka mengikuti ritus itu tanpa isi. Mereka berpikir bahwa dengan baptisan saja mereka bisa diluputkan dari yang jahat. Yohanes menuntut supaya pertobatan yang sungguh-sungguh menjadi nyata dalam tingkah laku. Dia mencela para pendengarnya ( Farisi dan saduki) karena pertobatan mereka semu atau tidak tampak secara nyata.

C. Janji Kedatangan Seseorang
Apa yang Mat 3:11-12 singkapkan tentang tokoh yang diharapkan Yohanes?
1. Identitasnya. Dia secara pasti seorang manusia (“yang membuka tali kasutnya pun saya tidak pantas, kata Yohanes” ayt. 11). Bdk. 3:3 (kutipan dari Yesaya 40:3), “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” Merupakan kedatangan Yahwe yang dipersiapkan Yohanes (bdk Luk 1:76). Dia yang datang menguasai bangsa. Sekarang Mal 3:1 mencatat (3:1 Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku. Sedangkan PB seperti Mat 11:10 (“Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu”). Dalam Mat 11:10, Allah Bapa meruji pada Allah putra. Tetapi nama Yahwe (sebagaimana dicatat) berlaku untuk kebenaran yang sama baik kepada Bapa maupun Putra. Yohanes Pembaptis mempersiapkan kedatangan Yahwe, bagi putra Allah. Barangkali tidak secara pasti diketahui bahwa dengan pembaptisan Yesus adalah Allah yang berinkarnasi atau sebagai manusia yang kepadanya Yahwe bekerja secara istimewa. Namun di sisi lain Matius menghadirkan Yesus sebagai Allah yang berinkarnasi. Tokoh yang diharapkan Yohanes adalah Allah yang beserta kita (Emanuel).
2. MisiNya. Kedatangan seseorang itu dilukiskan sebagai seorang pembaptis (ayat 11). Tokoh dari ayat 12 ( seorang petani yang memanen panenannya) membantu untuk menjelaskan arti dari pembaptisan itu.
 Para penerima pembaptisan adalah seluruh bangsa. Kata “ kamu” pada Mat 3:13b aslinya menunjuk ( seperti “ kamu” pada ayat 11a) kepada semua yang sudah datang kepada Yohanes sebagai perwakilan dari seluruh bangsa (bdk. Ayat 5). Seperti Yohanes, kedatangan Seseorang itu diutus untuk membaptis seluruh Israel.
 Sifat dasar pembaptisan adalah sebuah penghakiman yang memurnikan. Jika kata “kamu” pada ayat 3:11b untuk menyebut (perwakilan dari) seluruh bangsa, maka kata-kata “ dengan Roh kudus dan dengan api” adalah sebuah rujukan ganda kepada proses yang menyeluruh (daripada merujuk kepada pengalaman orang-orang saleh dan jahat secara berturut-turut). Di sini Yohanes berbicara tentang kerja Roh Kudus dalam terminologi api yaitu suatu pembersihan, memurnikan seluruh bangsa yaitu membersihkan bangsa Israel dari dosa dan mempersiapkan mereka untuk berjumpa dengan Allah ketika kerajaan Allah itu tersingkap. Proses ini dilukiskan secara jelas pada lantai pengirikan, ayat 12.
 Buah-buah pembaptisan adalah keselamatan dan kutukan. Karya pemurnian mempengaruhi individu dari dalam tetapi bergantung pada apakah mereka memperhatikan pesan Yohanes ( ayat 2). Mereka yang bertobat dari dosa akan menjadi seperti gandum yang dikumpulkan ke dalam gudang. Mereka yang tidak bertobat, akan menjadi seperti sekam yang dibakar dengan api yang tak terpadamkan”. Terdapat baik penghakiman maupun Rahmat pada pengadilan terakhir. Sebagaimana dalam kasus “tanda” pada Yesaya 7 yang meramalkan kedatangan Mesias yang membawa, baik kemurkaan maupun rahmat. Perlu dicatat bahwa ramalan ini menemukan kepenuhannya untuk keselamatan dengan datangnya Roh Kudus pada Pentakosta dalam bentuk lidah-lidah api (Kis 2),” dan Yesus membaptis dalam dan dengan Roh (1 kor. 12:13).

III. Pengalaman Yesus di Sungai Yordan

A. Pembaptisan Yesus
a) Kebungkaman Yohanes. “Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" (ayat 14). Pernyataan ini sangat penting untuk mengungkapkan pandangan tentang Yesus maupun dirinya sendiri.
1) Pandangan Yohanes tentang Yesus. Pernyataan Yohanes merefleksikan kesadaran kemesianisan Yesus yang dia sebutkan sebagai tokoh yang diharapkannya atau yang akan datang. Ketika Yohanes Tahu bahwa Yesus sebagai Mesias, Yohanes tidak bisa membayangkan penerimaannya akan “suatu pembaptisan yang mengarah pada pertobatan dari Yesus.” Dengan merujuk pada Yohanes 1:31-34 berarti Yohanes menerima pengakuan publik keilahian Yesus sebagai putra Allah.
2) Pandangan Yohanes tentang dirinya sendiri. Penginterpretasian bagian pertama tentang pernyataan Yohanes dalam terang bagian kedua, dengan mempertimbangkan maksud ini berarti bahwa bukanYohanes yang membutuhkan pembaptisan dengan Roh Kudus dan api tetapi sebenarnya yang dimaksud adalah dia sendiri dan bukan Yesus yang seharusnya menerima “pembaptisan yang menobatkan.” Tidak dicatat bahwa Yohanes sendiri menerima pembaptisan dari dirinya. Yohanes mengakui bahwa dia juga butuh pertobatan dari dosa dalam menghadapi datangnya kemurkaan.
b) Desakan Yesus. Yesus menjawab, "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanes pun menuruti-Nya.” ( Mat 3:15).

Apa tujuan Yesus meminta pembaptisan?
1) Mengakui pelayanan Yohanes. Dengan menerima pembaptisan Yohanes, Yesus mengakui kualitas karya Yohanes. Kita seharusnya tidak melarang kemungkinan bahwa Yesus berguru pada pengajaran Yohanes untuk suatu waktu (tetapi siapa yang bisa katakan berapa lama?). Mengenai hal ini, perlu dicatat bahwa pembukaan Matius merupakan ringkasan pengajaran Yohanes (04:17  "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!") identik dengan ringkasan pengajaran Yohanes (3:2). Sumbangan Yohanes pada pesan Yesus seharusnya tidak minimalis.

2) Menyamakan diri dengan pendosa
 Sifat dasar pembaptisan. Yohanes membaptis dengan air untuk pertobatan (ayat 11a). Sangat mengherankan, Yesus menerima begitu saja ritus pembaptisan yang dilakuakan Yohanes. Hal ini adalah sebuah ekspresi yang luar biasa dari pengidentifikasian dengan mereka yang datang untuk diselamatkan ( 1:21).
 Ketiadaan pengakuan. Perlu diperhatikan, bagaimanapun, Matius tidak menggolongkaan Yesus di antara mereka yang berdosa dan butuh dibaptis. Paulus menamai Yesus sebagai dosa tetapi bukan sebagai pendosa ( 2 Kor 5:21, Rom 8:3).
3) Arti dari perikop Mat 3:15 : Kata “kita” merujuk pada dua tokoh yaitu Yesus dan Yohanes dan kepada peristiwa di mana mereka bersama-sama berpartisipasi. Apa yang kita buat untuk frasa “penggenapan kehendak Allah? Salah satu pandangan yang masuk akal adalah menjadikan kita tunduk pada kekuasaan atau peraturan Allah, yaitu dengan segala apa yang benar dalam pandanganNya untuk melengkapi misi-Nya. Dalam TDNT (Tyndale New Testament) 6: 296, ketika Yesus selesai dibaptis Yohanes, Yesus sudah memenuhi salah satu persyaratan terwujudnya kehendak Ilahi dalam diri Yesus sebagai utusan Allah. Namun kita perlu berlangkah ;lebih jauh lagi untuk mengetahui apa sebenarnya yang benar dalam konteks ini. Kita perlu menginterpretasikan ayat 15 ini dalam terang Yes 53:11b, “sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatNya dan kejahatan mereka Dia pikul.” Hal ini mau menegaskan sikap Yesus terhadap tindakan dosa bahwa Dia adalah jaminan pembenarannya. (bdk. Rm 3:21-31). Para pelayan Allah melakukan apa yang benar di mata Allah. Yesaya 53 mengatakan kepada kita bahwa apa yang benar adalah pengorbanannya yang menebus dan membenarkan orang-orang yang tidak beriman. Partisipasi Yesus dalam suatu pembaptisan ini bagi pendosa adalah langkah pertama dan suatu antisipasi kepada penebusan dosa-dosa manusia. Dr. Chamblin mengutip tulisan Leon Moris, ‘pada saat ini Yesus menempatkan diriNya kepada kepenuhan bahwa kebenaran yang dimaksud adalah membenarkan manusia yang berdosa.
4) Membayangkan kematianNya. Dalam Luk 12:50 Yesus meramalkan kematiannya: “Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!” Pembaptisan dengan cara mencelupkan adalah suatu jenis menghanyutkan dosa.

B. AKIBAT PEMBAPTISAN
Yang terjadi pada kenaikan Yesus dari air adalah suatu kepentingan dari pembaptisan itu sendiri. Di sinilah permulaan pelayananNya. Matius menggambarkan suatu pemandangan yang sangat bagus sekali di mana seluruh anggota Tritunggal Mahakudus berpartisipasi.
1) Turunnya Roh Kudus
 Permulaan dari damai. Turunnya Roh kudus dalam rupa burung merpati sebagai tanda berakhirnya kekacauan dan kembalinya kedamaian. Permulaan kerajaan Allah membawa shalom ( kedamaian) kepada umat Allah.
 Kekuatan bagi pelayanan. Anak yang dikandung Maria berasal dari Roh Kudus ( 1:20). Juga disinggung dalam Mat 4:1, “Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.” Pada Mat 12:28, di mana Yesus menjelaskan bahwa dia menghalau roh jahat dengan Roh Allah. Hal ini secara khusus ditekankan dalam Lukas dan juga dalam Yoh 1:32, “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya.” Dan juga Yoh 3:34,” 3:34 Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.” Dengan demikian, Roh kuduslah yang menjadi sumber kekuatan dalam pelayanan.
2) Suara Bapa
a) Janji Bapa. : Bapa menyatakan bahwa Yesus menjadi seorang tokoh seperti raja dan menyatakan denagn tegas bahwa Yesus adalah putraNya yang terkasih (Mzm 2:6-7). Dalam Yesaya 42:1 : “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan.“ Kombinasi dua hal di atas dibangun dalam pernyataan pribadi Allah yang artinya sangat penting sekali. Yesus ditampilkan sebagai raja agung yang mendesak kekuasaanya untuk melayani umatNya dengan pemberian diriNya secara total.
b) Persetujuan Bapa. Raja para pelayan adalah kekasih Bapa, seorang yang menyenangkan hatinya. Ungkapan persetujuan ini dilihat dalam terang persahabatan dalam keallahan, sebuah hubungan cinta dan keintiman yang tak terkatakan. Tetapi itu juga dilihat dalam terang bahwa Yesus telah melakukannya, misalnya: meminta untuk dibaptiskan dan menginterpretasikannya sebagai sesuatu yang sudah dilakukan dan ini menjadi tanda kesediaanNya untuk menyamakan diriNya dengan pendosa dan dengan demikian terpenuhilah tugas yang dijanjikan Bapa kepadaNya.


















Daftar Pustaka

Sumber Utama

Knox, Chamblin. Commentary and lesson on Mathew
3:1:17,(http://thirdmill.org/newfiles/kno_chamblin/NT.Chamblin.Matt.3.1- 17.pdf , diakses Jumat 28 Agustus 2009).

Sumber Penunjang

Brown, Rymond E. (eds)., The new Jerusalem Biblical Commentary. Great Britain: British Library Cataloguing in Publication Data. 1991.
Kee, Howard Clark (eds)., The Living Word of the New Testament. London: Darton, Longman & Todd. 1987.
Leks, Stefan. Tafsir Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius. 2003.

Comments

Popular posts from this blog

MENYINGKAP TABIR MATERIALISME DAN HEDONISME PARA ARTIS JAMAN KINI

NILAI SOLIDARITAS ACARA WUAT WA’I DALAM MASYARAKAT ADAT MANGGARAI