GEREJA DAN KETELIBATANNYA DALAM HIDUP SOSIAL
Apapun halangan dan masalahnya, Gereja harus aktualitas dan terlibat. Akan tetapi dalam tindakannya yang mengarah ke dimensi aktual, Gereja kadang takut karena akan kehilangan identitasnya yang khas. Dan ketika dia mempertahankan identitasnya, tidak bermaksud supaya Gereja terus berada dalam posisi yang stagnan, kaku, dan tidak mengikuti pola perkembangan zaman. Karena bagaimanapun juga, Gereja selalu ada dan hidup pada zamannya. Dan Gereja sebagai yang ada di dunia serta berada dalam zaman tertentu perlu menyesuaikan diri sehingga dengan luwes menggauli masalah dan kondisi sosial yang sedang dibangun serta dialami oleh zamannya. Jangan sampai Gereja berjalan lain dan zaman berjalan lain. Sehinnga segi kerygmatis Gereja dan pergerakkan zaman tidak mencapai titik koherensinya atau terjebak dalam bahaya ketinggalan zaman ( tidak up date).
Gereja yang berada dalam zaman itu berusaha untuk terlibat dalam menjawab tuntutan zaman. Tuntutan zaman itu adalah tuntutan dari mereka yang hidup dan berada dalam ruang lingkup sosial pada zaman yang dihidupinya. Sehingga kalau mau supaya kharisma dan kekayaan gereja tidak membeku, dia harus keluar dari dirinya dan berani melebur dalam arus zaman yang dihadapinya. Gereja katolik itu kaya dengan spiritualitas. Akan tetapi sering jatuh dalam kemiskinan pengaktualisasian kekayaan itu.
Lahirnya ajaran ssosial Gereja ( ASG) membawa titik terang bahwa Gereja juga tidak tinggal diam.
Yesus sebagai inspirator
Maklumat Kitab suci yang menggambarkan yesus sebagai jalan, kebenaran dan hidup, menjadi acuan bagi Gereja untuk melihat Yesus sebagai motor penggerak keterlibatannya dalam hidup sosial. Kita harus memulai dari Yesus sebagai inspirator dan sebagai yang pertama bergerak untuk terlibat dalam kebutuhan dan kehidupan sesamanya di zamannya. Kisah mukjizat yang dibuatNya dan juga kecaman-kecaman yang disuarakannya dengan lantang kepada kaum Farisi mengenai penghayatan hukum mereka yang salah menjadi contoh keterlibatannya yang pro-aktif terhadap gejala sosial yang dijumpainya. Yesus datang untuk menegakkan kerajaan Allah yaitu kerajaan damai dan sukacita. Kerajaan damai dan sukacita yang dibawahnya merupakan maklumat Allah yang dipercayakan kepadaNya agar dunia itu senantiasa dirajai oleh kerajaan damai dan sukacita itu. Dan aktualitas dari kerajaan Allah di dunia secara konkret nampak dalam suasana kedamaian dan sukacita. Yesus sebagai guru dan inspirator terus menjiwai dan memberi semangat pada karya perutusan yang telah dipercayakannnya kepada para rasul yang dipilihnya dan karya-karya dari para pengganti mereka sampai sekarang ini. Karena Yesus senantiasa menyertai umat beriman sampai akhir zaman denagn RohNya. Kita bermula dari Yesus dan semuanya berakhir pada Yesus karena Dia dalah awal dan akhir; Alfa dan Omega
Gereja yang soteriologis
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia ( 3:17). Allah menghendaki agar umat-Nya selamat. Akan tetapi pernyataan klasik bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan, hendaknya diredefinisi menuju maksudnya yang universal bahwa yang diselamatkan adalah semua orang yang beriman bukan yang beragama. Maka, tindakan Gereja bukan hanya bersifat eksklusif tetapi terbuka bagi siapapun. Sasaran keselamatan Allah bukan hanya bagi orang katolik tetapi segenap umat manusia di seluruh dunia. Gagasan ini sungguh memberikan makna yang asli akan sifat kekatolikan Gereja dalam wadahnya yang universal. Gereja dalam usaha untuk menyelamatkan manusia bersifat universal. Dengan demikian, keterlibatan Gereja dalam masalah sosial sangat mendesak dan menunjuk kepada semua orang dan aliran.
Cinta kasih
Hukum yang diajarkan Yesus sebagai hukum yang utama dan terutama adalah hukum cinta kasih. Hukum ini sungguh melebihi hukum yuridis. Yang dituntut dalam hukum ini adalah sikap hati.yaitu hati untuk terbuka, peka, dan teguh. Gereja menawarkan keadilan dan cinta kasih yang sesuai dengan kebijaksanaan Ilahi. Dengan mengetahiu bahwa mereka dikashi oleh Allah, mereka sadar bahwa hidup bukan hanya untuk diri sendiri dan belajar untuk tidak puas dengan diri sendiri saja tapi menjumpai sesama dalam jejaring relasi yang sungguh manusiawi.
Cinta kasih berhadapan dengan medan kerja yang sangat luas dan Gereja berhasrat untuk memberi andilnya dengan ajaran sosialnya yang berkenaan dengan seluruh pribadi dan ditujukan kepada semua orang. Begitu banyak saudara-saudara yang menantikan pertolongan, orang tertindas yang menantikan keadilan, yang menganggur sedang menantikan pekerjaan, dan banyak orang yang sedang menantikan penghargaan atas martabat mereka sebagai manusia. Inillah medan kerja Gereja masa kini
Sifat kemendesakkan
Film dokumenter yang dibuat oleh wartawan Amerika yang berjudul The New Rulers of the World menggambarkan kecanggihan dan kelicikan pola pikir manusia dalam menelantarkan hak asasi sesamanya. Di sini konsep filosofis Thomas Hobes yaitu menjadi srigala bagi yang lain menjadi gambaran yang nyata dari realita yang sesungguhnya. Yang lain dibuat menjadi terasing dengan diri mereka sendiri. Keterasingan itu membawa kekaburan makna hidup. Makna hidup yang seyogyanya ditemui dalam ciri hidup yang dipenuhi dengan kebahagiaan menjadi sirna. Ajaran Sosial Gereja sungguh menyentuh pribadi-pribadi yang teralienasi (mengalami kesendirian dalam keramaian dunia) oleh karena kebijakan struktul atau pribadi yang berkuasa tidak memperhatikan sisi nurani manusia dan hak-haknya yang fundamental.
Dunia yang dipenuhi dengan gejolak destruktif mengundang Gereja untuk dengan segera mengambil langkah taktis dalam menterjemahkan perintah Yesus sebagai sang inspirator. Yesus menghendaki agar kerajaan Allah yang sudah mulai dan masih menantikan perwujudannya direlisasikan di sini dan kininya Gereja. Sehingga seruan Paus Yohanes XXIII menjadi tonggak awal kepedulian Gereja dalam membaca tanda-tanda zaman dan berbuat sesuatu terhadap zaman itu. Agiornamento!!!!!!!
Gereja yang berada dalam zaman itu berusaha untuk terlibat dalam menjawab tuntutan zaman. Tuntutan zaman itu adalah tuntutan dari mereka yang hidup dan berada dalam ruang lingkup sosial pada zaman yang dihidupinya. Sehingga kalau mau supaya kharisma dan kekayaan gereja tidak membeku, dia harus keluar dari dirinya dan berani melebur dalam arus zaman yang dihadapinya. Gereja katolik itu kaya dengan spiritualitas. Akan tetapi sering jatuh dalam kemiskinan pengaktualisasian kekayaan itu.
Lahirnya ajaran ssosial Gereja ( ASG) membawa titik terang bahwa Gereja juga tidak tinggal diam.
Yesus sebagai inspirator
Maklumat Kitab suci yang menggambarkan yesus sebagai jalan, kebenaran dan hidup, menjadi acuan bagi Gereja untuk melihat Yesus sebagai motor penggerak keterlibatannya dalam hidup sosial. Kita harus memulai dari Yesus sebagai inspirator dan sebagai yang pertama bergerak untuk terlibat dalam kebutuhan dan kehidupan sesamanya di zamannya. Kisah mukjizat yang dibuatNya dan juga kecaman-kecaman yang disuarakannya dengan lantang kepada kaum Farisi mengenai penghayatan hukum mereka yang salah menjadi contoh keterlibatannya yang pro-aktif terhadap gejala sosial yang dijumpainya. Yesus datang untuk menegakkan kerajaan Allah yaitu kerajaan damai dan sukacita. Kerajaan damai dan sukacita yang dibawahnya merupakan maklumat Allah yang dipercayakan kepadaNya agar dunia itu senantiasa dirajai oleh kerajaan damai dan sukacita itu. Dan aktualitas dari kerajaan Allah di dunia secara konkret nampak dalam suasana kedamaian dan sukacita. Yesus sebagai guru dan inspirator terus menjiwai dan memberi semangat pada karya perutusan yang telah dipercayakannnya kepada para rasul yang dipilihnya dan karya-karya dari para pengganti mereka sampai sekarang ini. Karena Yesus senantiasa menyertai umat beriman sampai akhir zaman denagn RohNya. Kita bermula dari Yesus dan semuanya berakhir pada Yesus karena Dia dalah awal dan akhir; Alfa dan Omega
Gereja yang soteriologis
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia ( 3:17). Allah menghendaki agar umat-Nya selamat. Akan tetapi pernyataan klasik bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan, hendaknya diredefinisi menuju maksudnya yang universal bahwa yang diselamatkan adalah semua orang yang beriman bukan yang beragama. Maka, tindakan Gereja bukan hanya bersifat eksklusif tetapi terbuka bagi siapapun. Sasaran keselamatan Allah bukan hanya bagi orang katolik tetapi segenap umat manusia di seluruh dunia. Gagasan ini sungguh memberikan makna yang asli akan sifat kekatolikan Gereja dalam wadahnya yang universal. Gereja dalam usaha untuk menyelamatkan manusia bersifat universal. Dengan demikian, keterlibatan Gereja dalam masalah sosial sangat mendesak dan menunjuk kepada semua orang dan aliran.
Cinta kasih
Hukum yang diajarkan Yesus sebagai hukum yang utama dan terutama adalah hukum cinta kasih. Hukum ini sungguh melebihi hukum yuridis. Yang dituntut dalam hukum ini adalah sikap hati.yaitu hati untuk terbuka, peka, dan teguh. Gereja menawarkan keadilan dan cinta kasih yang sesuai dengan kebijaksanaan Ilahi. Dengan mengetahiu bahwa mereka dikashi oleh Allah, mereka sadar bahwa hidup bukan hanya untuk diri sendiri dan belajar untuk tidak puas dengan diri sendiri saja tapi menjumpai sesama dalam jejaring relasi yang sungguh manusiawi.
Cinta kasih berhadapan dengan medan kerja yang sangat luas dan Gereja berhasrat untuk memberi andilnya dengan ajaran sosialnya yang berkenaan dengan seluruh pribadi dan ditujukan kepada semua orang. Begitu banyak saudara-saudara yang menantikan pertolongan, orang tertindas yang menantikan keadilan, yang menganggur sedang menantikan pekerjaan, dan banyak orang yang sedang menantikan penghargaan atas martabat mereka sebagai manusia. Inillah medan kerja Gereja masa kini
Sifat kemendesakkan
Film dokumenter yang dibuat oleh wartawan Amerika yang berjudul The New Rulers of the World menggambarkan kecanggihan dan kelicikan pola pikir manusia dalam menelantarkan hak asasi sesamanya. Di sini konsep filosofis Thomas Hobes yaitu menjadi srigala bagi yang lain menjadi gambaran yang nyata dari realita yang sesungguhnya. Yang lain dibuat menjadi terasing dengan diri mereka sendiri. Keterasingan itu membawa kekaburan makna hidup. Makna hidup yang seyogyanya ditemui dalam ciri hidup yang dipenuhi dengan kebahagiaan menjadi sirna. Ajaran Sosial Gereja sungguh menyentuh pribadi-pribadi yang teralienasi (mengalami kesendirian dalam keramaian dunia) oleh karena kebijakan struktul atau pribadi yang berkuasa tidak memperhatikan sisi nurani manusia dan hak-haknya yang fundamental.
Dunia yang dipenuhi dengan gejolak destruktif mengundang Gereja untuk dengan segera mengambil langkah taktis dalam menterjemahkan perintah Yesus sebagai sang inspirator. Yesus menghendaki agar kerajaan Allah yang sudah mulai dan masih menantikan perwujudannya direlisasikan di sini dan kininya Gereja. Sehingga seruan Paus Yohanes XXIII menjadi tonggak awal kepedulian Gereja dalam membaca tanda-tanda zaman dan berbuat sesuatu terhadap zaman itu. Agiornamento!!!!!!!
Comments
Post a Comment