DARI DERITA MENUJU JALAN PEMBEBASAN
Pertama-tama harus diakui bahwa tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Bukan sebuah kebetulan saya sekarang tinggal di Malang. Bukan kebetulan juga matahari itu terbit di pagi hari dan terbenam di sore hari. Dan bukan secara kebetulan juga saya lahir dan berada di dunia ini. Tentu saja ada orang lain yang menganggap keberadaan hidupnya sekedar kebetulan. Namun, saya berkeyakinan kuat bahwa keberadaanku dan segala peristiwa yang menyertai hidupku tidaklah hadir dalam nada yang kebetulan belaka. Lalu, kalau bukan kebetulan semuanya itu apa?
Sekarang saya hendak berbincang tentang derita. Tentu saja bukan sekedar berbincang, tetapi memngambil makna dari sebuah keadaan hidup manusia yaitu derita. Berbicara tentang derita bukanlah pembicaraan kosong tetapi lahir dari kesadaran yang membawa seseorang ke kesadaran baru akan kata atau keadaan itu. Dan harus diakui bahwa setiap mausia tidak bisa lewat dari keadaan hidup demikian. Jikalau hidup manusia selalu mengalami kebahagiaan, maka kita tidak mengenal apa itu derita. Begitu pula selanjutnya, jikalau kita tidak mengenal apa itu derita, maka kita tidak mengenal apa itu kebahagiaan. Apapun keadaan hidup kita, semuanya membawa kita untuk mengenal sisi lain dari sebuah kehidupan.
Penderitaan! Semua manusia pasti berusaha untuk menghindarinya. Namun, setiap kali manusia mencoba untuk menghindar darinya, kita selalu dibayangi olehnya. Dengan kata lain, penderitaan adalah kieadaan hidup yang tak terelakan. Saya memahami penderitaan sebagai masa di mana kita ditarik ke keadaan paling rendah dari hidup. Namun, jangan dikira bahwa kita akan selalu menetap nyaman berada di bahwa taklukan situasi hidup itu. Sebenarnya, keadaan itu membuat kita merefleksikan kembali keputusan hidup untuk menjadi lebih baik lagi.
Saya memahami penderitaan seperti ketika seeorang memegang ketapel. Sebuah batu akan terlempar jauh ke depan apabila kita menarik karet ketapel ke belakang sekeras mungkin. Semakin kuat kita menariknya, maka semakin jauh juga jangkauan batu itu terlempar ke depan. Demikianlah penderitaan. Allah adalah pengendali ketapel dan kita manusia adalah ketapel itu sendiri. Allah sengaja menarik mundur kehidupan kita agar kita bisa maju ke arah yang lebih baik bahkan lebih maju. Maka jangan takut dengan penderitaan. Hal itu merupakan ujian yang membuat kita bisa melihat diri lebih kuat, mengenal keadaan diri lebih dalam dan bisa mengubah hidup ke arah yang lebih baik. Bayangkan, jikalau Allah tidak menarik hidup kita itu, maka kita hanya bergerak di tempat. Namun, jikalau kita membiarkan diri untuk ditarik ke belakang (derita), maka kita akan membiarkan hidup untuk diubah ke arah yang lebih baik lagi.
Dibalik penderitaan, Allah memiliki rencana tersendiri untuk hidup kita. Mungkin menegur? Mendidik? Mengajar? Dan sebagainya....Namun, satu hal yang pasti, penderitaan tidak mebawa kita ke situasi kertepurukan baru, tetapi membawa pembebasan besar. Satu hal yang perlu di sini yaitu, kemauan untuk bangkit...
Sekarang saya hendak berbincang tentang derita. Tentu saja bukan sekedar berbincang, tetapi memngambil makna dari sebuah keadaan hidup manusia yaitu derita. Berbicara tentang derita bukanlah pembicaraan kosong tetapi lahir dari kesadaran yang membawa seseorang ke kesadaran baru akan kata atau keadaan itu. Dan harus diakui bahwa setiap mausia tidak bisa lewat dari keadaan hidup demikian. Jikalau hidup manusia selalu mengalami kebahagiaan, maka kita tidak mengenal apa itu derita. Begitu pula selanjutnya, jikalau kita tidak mengenal apa itu derita, maka kita tidak mengenal apa itu kebahagiaan. Apapun keadaan hidup kita, semuanya membawa kita untuk mengenal sisi lain dari sebuah kehidupan.
Penderitaan! Semua manusia pasti berusaha untuk menghindarinya. Namun, setiap kali manusia mencoba untuk menghindar darinya, kita selalu dibayangi olehnya. Dengan kata lain, penderitaan adalah kieadaan hidup yang tak terelakan. Saya memahami penderitaan sebagai masa di mana kita ditarik ke keadaan paling rendah dari hidup. Namun, jangan dikira bahwa kita akan selalu menetap nyaman berada di bahwa taklukan situasi hidup itu. Sebenarnya, keadaan itu membuat kita merefleksikan kembali keputusan hidup untuk menjadi lebih baik lagi.
Saya memahami penderitaan seperti ketika seeorang memegang ketapel. Sebuah batu akan terlempar jauh ke depan apabila kita menarik karet ketapel ke belakang sekeras mungkin. Semakin kuat kita menariknya, maka semakin jauh juga jangkauan batu itu terlempar ke depan. Demikianlah penderitaan. Allah adalah pengendali ketapel dan kita manusia adalah ketapel itu sendiri. Allah sengaja menarik mundur kehidupan kita agar kita bisa maju ke arah yang lebih baik bahkan lebih maju. Maka jangan takut dengan penderitaan. Hal itu merupakan ujian yang membuat kita bisa melihat diri lebih kuat, mengenal keadaan diri lebih dalam dan bisa mengubah hidup ke arah yang lebih baik. Bayangkan, jikalau Allah tidak menarik hidup kita itu, maka kita hanya bergerak di tempat. Namun, jikalau kita membiarkan diri untuk ditarik ke belakang (derita), maka kita akan membiarkan hidup untuk diubah ke arah yang lebih baik lagi.
Dibalik penderitaan, Allah memiliki rencana tersendiri untuk hidup kita. Mungkin menegur? Mendidik? Mengajar? Dan sebagainya....Namun, satu hal yang pasti, penderitaan tidak mebawa kita ke situasi kertepurukan baru, tetapi membawa pembebasan besar. Satu hal yang perlu di sini yaitu, kemauan untuk bangkit...
Comments
Post a Comment