PEREMPUAN MEDIOVALE DAN KONTEPORER

Saya berbicara tentang wanita. Salahkah? Bagiku ini bukan suatu kesalahan besar ketika aku berbicara tentang yang lain apalagi wanita. Mungkin banyak orang berujar, koq tidak berbincang tentang dirimu sendiri ya? Aku sih memiliki argument kecil bahwa aku sudah bosan berbincang tentang diriku sendiri. Aku mau menyeberang ke dunia yaag lain yaitu dunianya wanita. Saya mau menyelami rahasianya yang katanya wanita itu memiliki rahasia ( Ari Lasso ; rahasia perempuan). Saya mau membedah rahasia itu dan merobek tabir yang memisahka dunia laki-laki dan perempuan. Saya kira adalah bijak kalau dunia kedua pribadi ini ditukar agar bisa mengenal satu sama lain. Dan lebih dari itu agar rasionalitas yang kita miliki bersifat komunikatif yaitu menyeberang ke dunia lain yang berbeda dengan kita. Saya mencoba berpikir lain tentang yang lain dariku yaitu wanita alias perempuan. Saya lebih suka menggunakan kata wanita. Kata ini lebih sopan dan niakli rasanya sangat tinggi.
Dalam alam pemikiran posmodernisme, segala sesutu yang ada ( relitas) merupakan tanda ( sign) yang mau menandakan( signal) sesutu yang ditandakan ( signified). Wanita bagiku adalah tanda. Tanda bukanlah realitas sesungguhnya. Dia adalah sesutu yang harus ditafsirkan kembali. Kehadirannya perlu dibaca dan ditafsirkan paling kurang agar dia bisa mencapai kebenaran. Dasar pemikiran ini bersumber dari pemahaman bahwa ketika aku berhadapan dengan yang lain, yang lain tidak mengungkapkan keseluruhan dari dirinya tetapi hanya sebagai bagian dari dirinya. Banyak bagian dari dirinya yang tidak terungkap. Konsekuensinya bahwa ketika aku berhadapan dengan yang lain dan yang lain berhadapan dengan aku, aku memandang yang lain sebagai yang lain sama sekali dan aku juga oleh yang lain dipandang sebagai yang lain sama sekali juga. Wanita bagiku adalah dia yang lain sama sekali karena wanita ada dan bertemu denganku dengan hanya menampakkan sebagian dari totalitas ada darinya dirinya sendiri. Apa yang saya tuliskan juga bukan mewakili diri wanita secara utuh. Sehingga bebas ditanggapi entah setuju atau mau menggigit pemikiran ini, itu semua kebebasan anda sekalian.
Wanita adalah mahluk ciptaan Allah. Dan dalam hal inilah dia sehakekat dengan laki-laki. Akan tetapi wanita adalah mahkota penciptaan. Dialah adalah mahluk ciptaan yang penuh dengan keindahan. Adalah sesuatu yang wajar jika wanita merawat tubuh dan kecantikannya. Akan tetapi kecantikan terdiri dari dua aspek yaitu kecantikan tubuh dan kecantikan Roh. Kedua sifat kecantikan itu harus merupakan dua simbol kedirian wanita. Wanita tidak hanay memperhatikan segi yang lain. Kecantikan tubuhn ahrus diimbangngi dengan kecatikan Roh ( inner beauty). Oleh karena itu sikap yang benar untuk memahami dunia wanita adalah dengan menghargai kecantikan itu sebagai kebenaran. Mereka yang memandang wanita dengan tirai nafsu akan pergi dengan tangan kosong ( tidak memperoleh apa-apa) kecuali hanya lekukan tubuhnya dan mereka yang memandang wanita dengan kaca pembesar kedengkian juga tidak memperolah apa-apa kecuali hanya kelemahan dan sikap pasrahnya.
Berkaitan dengan kecantikan, adalah ketololan yang sangat besar kalau wanita hanya merelakan dirinya sebagai hamba nafsu dengan menghianati cinta sejati melalui perselingkuhan dan penjajahan seks. Wanita dipanggil sebagai ibu yang siap untuk mengasuh dan mebimbing anaknya menjadi dewasa dan bertanggung jawab. Inilah panggilannya yang mulia dan melebihi laki-laki. Apalah artinya kalau batangnya rusak dan cabang-cabangnyapun tak akruan rusaknya.
Wanita sudah berjalan dalam sejarah pemikiran. Ada wanita masa lalu dan ada wanita masa sekarang. Wanita masa lalu diwakili oleh wanita abad pertengahan (Mediovale) dan wanita masa sekarang adalah wanita kontemporer. Peradaban modern telah mengubah hidup wanita menjadi lebih bijaksana, tetapi peradaban juga membuat wanita lebih menderita karena ketamakan kaum pria ( bdk. Seks dan kekuasaan). Pada masa lalu wanita adalah isteri yang bahagia, namun sekarang mereka adalah nyonya rumah yang menderita. Pada masa lalu, mereka berjalan dengan mata buta dalam terang cahaya, tetapi sekarang mereka berjalan dengan mata terbuka justru dalam kegelapan. Mereka dulu cantik dalam kebodohannya, berbudi luhur dalam kesederhanaannya dan tegar dalam kelemahannya. Kini, para wanita telah menjadi buruk rupa dalam kepintarannya, dangkal dan tak berjiwa dalam pengetahuannya.
Wanita .....! inilah duniamu yang kutafsirkan. Aku menulis ini bukan karena membenci duniamu atau karena tidak tertarik dengan keindahan duniamu. Aku menulis ini karena ingin merawat duniamu. Aku bangga kalau suatu saat engaku bercahaya laksana bintang dan mekar laksana bunga yang menghiasi jalan-jalanku. Tetapi ingat jangan sekali-kali datang membawa harummu kepadaku. Biarkanlah aku sendiri datang mencium harummu. Dan aku ingin engkau menjadi penghias jalan-jalanku ini. Tetapi aku tidak mau engkau menjadi polisi tidur di malam hari yang merentang untuk menghalangi jalanku. Aku tahu engkau indah. Segala apa yang indah selalu menyedot mata untuk melihat dan menikmati keindahan itu. Akan tetapi engkau dilahirkan bukan untuk dinikmati tetapi untuk dijaga agar engkau mekar selamanya.
Wasalam. Monce,

Comments

Popular posts from this blog

PELAYANAN YOHANES PEMBAPTIS (MATIUS 3:1-17)

MENYINGKAP TABIR MATERIALISME DAN HEDONISME PARA ARTIS JAMAN KINI

NILAI SOLIDARITAS ACARA WUAT WA’I DALAM MASYARAKAT ADAT MANGGARAI