MANUSIA DAN PERGULATAN DIRINYA
I. Pengantar
Manusia adalah mahluk yang terlempar ke dunia. Demikian refleksi filsuf besar Martin Heidegger ketika ia berbicara tentang manusia dalam bukunya yang berjudul ada dan waktu (Being and Time). Kenyataan ini membawa manusia bertanya tentang keberadaan dirinya khususnya menyentuh persoalan asal dan tujuan hidupnya. Manusia kemudian bertanya, dari manakah dirinya berasal (Misteri kelahiran) dan hendak ke manakah dirinya kelak sesudah dia tiada lagi menghuni dunia ini (misteri kematian). Untuk menjawab pertanyaan ini, manusia merumuskan beberapa teori dan kepercayaan yang cukup layak membantu dirinya agar bisa menemukan jawaban atas pertanyaan dasar hidupnya itu.
Dalam bingkai kedua pertanyaan dasar di atas ini, tulisan ini akan menggambarkan secara singkat asal dan tujuan hidup manusia dalam aliran-aliran pemikiran dan kepercayaan manusia. Aliran-aliran yang ditelaah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut: aliran evolusionisme, kreasionisme (penciptaan), Deistik, Teistik, dan Progresif.
II. Manusia dalam Bingkai Aliran pemikiran
a. Evolusi Ateis
Teori ini dilontarkan oleh Charles Darwin yang menyatakan bahwa, melalui seleksi alami, mahluk hidup yang ada sekarang ini adalah hasil perkembangan tahap demi tahap dari bentuk yang lebih sederhana menuju ke tahap puncak sebagai titik “kulminasi” atas proses itu. Manusia dalam konsep Evolusi merupakan mahluk hidup yang berada dalam kondisi tertentu setelah mengalami seleksi alam.aliran ini sekaligus tidak mengakui adanya Tuhan dan sebagai pencipta semesta alam termasuk manusia.
b. Penciptaan (kreasionisme)
Kreasionisme adalah paham yang berhubungan dengan penciptaan. Paham ini mengajarkan bahwa setiap jiwa manusia diciptakan Allah. Kreasionisme melawan pandangan Evolusionisme yang melihat manusia sebagai pribadi yang tidak diciptakan tetapi ada dari proses seleksi alam. Manusia dalam pandangan kreasionisme adalah ciptaan yang agung karena berasal dari embusan napasnya sendiri (kejadian ...). manusia dalam gambaran kreasionisme adalah gambaran Alalh sendiri (Imago Dei). Dia adalah rupa Allah yang sempurna. Namun muncul pertanyaan kritis, masihkah manusia itu dikenal sebagai Imago Dei tatkala ciptaan (manusia) itu cacat baik secara moral maupun secara jasmaniah? Kreasionisme bertolak dari keteraturan dunia ini. Siapakah yang mengatur duniua ini sedemikian rupa sehingga kelihatan teratur dan sempurna. Pasti ada pengatur utama yang menghatur segalanya. Hal senada pernah dipikirkan oleh Plato bahwa dunia ini diciptakan oleh Demiurgos. Dia menciptakannya bukan dari ketiadaanya tetapi mengubah ketidakteraturan menuju keteraturan. Dari suasana khaos menuju kosmos.
Gagasan kreasionisme juga bertentangan dengan teoli naturalisme atau alamiah. Gagasan naturalisme melihat kelahiran manusia sebagai awal dan pada saat itulah manusia diciptakan. Manusia berasal dari seorang ibu yang melahirkan dia.
c. Deistik
Konsep ini mengacu pada pandangan tentang Allah yang berkembang di dalam pencerahan Inggris abad ke-18. Perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan alam dan tehnologi memengaruhi pandangan tentang alam bahwa alam ini bekerja secara mekanis seperti mesin. Karena bekerja secara mekanis, maka dia bisa mengurus dan bertanggungjawab atas hidup dan perkembangannya sendiir. Aliran ini tetap mengakui peran Allah sebagai pencipta, namun Allah hanya berhenti pada tindakkan mencipta. Namuin setelah mencipta, Allah mundur ke belakang dan tidak memiliki peran apapun bagi perkembgan alam semesta termasuk manusia. Paham ini melihat sisi otonomitas manusia dan alam semesta. Berbeda dengan pandangan ini, konsep penciptaan (Kreasionisme) mengakui bahwa Allah berperan dalam penciptaan dan masih turut bekerja setelah penciptaan dan sampai nasib akhir hidup manusia. Allah dalam Deisme tidak memiliki kepentingan apa pun terhadap misteri kematian manusia. Bersama Teori Evolusi ia mengafirmasi keadaan manusia pada saat mati sebagai mahluk yang tidak mampu bertahan dalam proses seleksi alam.
d. Teistik
Teistik adalah aliran yang mengakui adanya Tuhan. Tuhan adalah alfa dan omega. Dia sebagai awal dan akhir hidup manusia. Dia menciptakan, memelihara dan campur tangan dalam dunia manusia. Tidak seperti Deisme yang mengatakan bahwa Dia adalah pencipta yang jauh. Pengakuan adanya Tuhan sekaligus mengafirmasi penciptaan manusia dari yang Ilahi, maka aliran ini melihat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang terus dipeliharanya sampai akhir hidupnya.
e. Progresif
Dalam teori tentang manusia, teori progresif tidak secara gamblang diartikan sebagai aliran yang berkecimpung dalam perkara hidup manusia terutama tentang nasibnya sebagai mahluk hidup yang memilik awal, akhir, dan tujuan hidupnya. Istilah ini lebih banyak dipakai secara praktis dalam dunia hukum. Dalam dunia hukum istilah ini kerap disebut sebagai hukum progresif. Hukum progresif adalah hukum yang diberlakukan dalam masyarakat untuk kesejahteraan dan perkembangan hidup manusia. Dalam kerangka berpikir yang senada dengan teori hukum progresif ini, manusia menurut aliran progresif adalah mahluk hidup yang selalu mengejar kesejahteraan dan kemanjuan hidup.
Sesuai dengan arti kata progres secara harafiah yaitu maju atau kemanjuan, maka manusia memiliki hasrat untuk memajukan hidupnya tanpa campur tangan kekuatan lain yang mahakuasa di luar kemampuan dirinya. Mungkin kekuatan adikodrati itu dipercayai ada sejauh untuk menunjang kemajuan hidup manusia dewasa ini. Dengan demikian Allah dipercayai ada secara operasional dan kepentingan pragmatisme. Istilah ini sebenarnya dipopulerkan oleh penganut aliran New Age Movement (Gerakan Zaman Baru) yang mulai membumi di abad ke 20 dan mencapai puncaknya pada abad 21 ini.
Inilah pemahaman manusia dalam beberapa aliran klepercayaan dan pemikiran yang dikembangan dari abad ke abad. Definisi tentang siapakah itu manusia tersirat dalam pemahaman masing-masing aliran tentang Allah sebagai pencipta dan manusia sebagai ciptaan. Sangat menarik karena rupa-rupanya kerasionisme dan ateisme berada dalam posisi yang berbeda dengan Deisme, Evolusionisme, dan paham progresif. Dari sini kita bisa memberikan kesimpulan bahwa perkembangan pengetahuan amnusia bisa membongkar kemapanan dogmatis yang memegang erat kebenaran dalam bentuk dogma dan dotrin suci.
II. Menggugat asal muasal manusia
Untuk merumuskan asal usul manusia, kita bisa memberikan kesimpulanya berdasarkan defini siapakah manusia dalam pembahasan di atas. Pembahsan dalam bagian ini hanyalah gamabran secara menyeluruh tenatng asal usul amnusia berdasarkan ebbrapa teori ayng telah didefinisikan secara singkat di atas.
Aliran Evolusi mengakui bahwa manusia tidak diciptakan dari ketiadaan (creatio Ex Nihillo) seperti yang digagas dalam ajaran penciptaan teologi Kristen katolik. Manusia adalah hasil proses seleksi alam. Teori penciptaan menngakui dan mengimani bahwa manusia adalah ciptaan Allah. Manusia tidak jatuh secara kebetulan dari langit, tetapi ada yang menyebabkan dia hadir di dunia yaitu Allah sebagai penyebab utama yang tidak disebabkan oleh penyebab yang lain . Manusia adalah mahluk agung Allah. Kitab kejadian sungguh menggambarkan secara jelas proses ciptaan ini. Tiupan napas agung Allah kepada manusia merupakan gambaran partisipasi Allah dalam hidup manusia.
Deisme senada dengan kreasionisme bahwa manusia adalah ciptaan Allah. Namun deisme mengakui bahwa Allah hanya pencipta, tetapi bukan pemelihara. Dengan demikian Deisme tidak mengakui citra manusia sebagai secitra dengan Allah itu. Kaum teis kemudia berhadapan dengan Deisme ini untuk mempertahankan pemahaman kresionisme ini bahwa manusia berasal dari Allah dan tetap menjaganya sampai mati meskipun mahluk itu jatuh dalam kesalahan atau dosa. Sedangkan kaum progresif tidak ambil pusing dengan perkara asal usul manusia. Mereka hanya menitik-beratkan pada persoalan kesejahteraan hidup manusia.
III. Mengenal Peristirahatan Terakhir Manusia
Kita sudah melihat pemahaman siapakah itu manusia, dari mana dia berasal, dan sekaarang kita maju selangkah lagi untuk mengenal tujuan hidup manusia. Sebenarnya manusia sibuk dengan rutinitas dunia ini untuk apa dan hendak dibawa ke mana. Dalam gugatan asal muasal manusia, di situ ditelisik secara ringkas misteri kelahiran manusia. Secara alamiah, manusia itu lahir dari kedua orang tua kita. Namun, apakah sejak awal kita sudah mengenal secara pribadi bahwa kita bakal dilahirkan oleh seorang ibu yang namanya Sumiati (Contoh) dan ayahnya adalah Daniel? Ataukah kita sudah mengenal secara dini bahwa kita akan dilahirkan di sebuah desa tertentu pada hari tertentu dan tahun tertentu. Inilah letak kemisterian sebuah kelahiran. Kita baru menguak misteri itu lewat kesaksian orang-orang sekitar kita dan hal itu pun tidak sepenuhnya terkuak.
Sekarang kita akan berbicara tentang misteri kematian. Sebagai misteri karena tidak seorang pun mengenal secara pasti keadaanya pada saat kematiannya. Dan kematian adalah kenyataan yang tidak disangkal oleh setiap manusia. Namun pertanyaanya, ke manakah manusia setelah mengalami kematian? Lagi-lagi, aliran-aliran ini memberikan jawaban yang berbeda untuk menguak misteri ini.
Aliran Evolusi percaya bahwa kematian sungguh menghentikan kepribadian manusia yang mendalam. Kematian terjadi karena adanya proses pertentangan fisik antara unsur-unsur organis manusia dan unsur-unsur kimia di alam. Dengan demikian, tidak ada peziarahan jiwa setelah kematian. Karena kematian hanya berhentinya manusia bernapas dan sebagai akibat logis dari tiadanya daya tahan manusia dalam proses seleksi alam. Sedangkan kreasionisme dan Teisme mengakui bahwa awal dan hidup manusia berada dalam Tuhan. Allah yang menciptakan, amak Allah memiliki hak untuk mengambil kembali ciptaanya itu. Allah adalah awal dan akhir hidup manusia. Jikalau Allah adalah sang keabadian, maka manusia setelah mengalami kematian berada dalam keabadian ebrsama Allah. Mereka akan berdiri dengan barisan para kudus di surga.
Hal yang tidak senada dengan aliran Kreasionisme dan Teisme adalah deisme dan progresivisme. Kedua aliran ini tidak mengenal peristirahatan terakhir manusia. Manusia sebagai ciptaan Tuhan diyakini oleh penganut deisme, tetapi mereka tidak mengakui Allah sebagai peristirahatan terakhir manusia. Sedangkan kaum progresif tidak memiliki kecenderungan untuk mencari titik akhir dan awal hidup manusia. Mereka lebih menyibukan diri pada refleksi kekinian hidup manusia. Sejarah manusia amsa kini adalah pengejaran kaum progresif. An pengejaran itu berujung pada kepuasan materi dan kekayaan spiritual yang mendalam melalui kontak langsung dengan alam sebagai sumber energi yang kreatif agar manusia bertumbuh, berkembang dan mengalami kesejahteraan hidup.
IV. Penutup
Kita telah membuat kerangka yang sistematias atas hakikat manusia yaitu tentang siapakah dia, dari mana asalnya dan ke mana tujuan akhir hidupnya. Refleksi tentang hidup manusia tidak pernah berhenti, tetapi terus berkembang seturut kemajuan ilmu pengetaun dan tehnologi. Semakin definisi tentang manusia itu terus berkembang, maka teologi katolik juga harus berani mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan itu dan berani menerima ahsil riset yang sangat akurat dari para ilmuwan. Salah satu kesalahan yang terbesar Gereja adalah ketika mengekskomunikasi Gallileo Galliei atas penemuannya yang memutasr balikan kebenaran kristiani. Bahwa bumilah yang mengelilingi matahari(Helliosentrisme). Kepercayaan kristiani mengatakan bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi (Geosentrisme).
Manusia tidak pernah berhenti bertanya tentang dirinya. Hal ini dibenarkan oleh kenyataan bahwa pada hakikatnya manusia adalah mahluk bertanya. orang yang bertanya adalah orang yang bisa berpikir. Dan sebagian pemikir mengakui bahwa manusia justru mati ketika dia berhenti berpikir. Maka, janganlah berhenti berpikir dan beranilah berpikir sendir
DAFTAR PUSTAKA
Collins, O Gerrald . Kamus Teologi .Kanisius:yogyakarta. 1996
Ghaugassian , Peter Joseph . Sayap-sayap pemikiran Karl Gibran. Fajar Pustaka Baru:Yogyakarta. 2001.
Hardiman,F. Budi. Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai nietzsche.Gramedia:Jakarta.2007.
Hadi,P. Handono. Jati Diri Manusia. Kaniusius: Yogyakarta. 1996.
Snijders,Adelbert. Antropologi Filsafat Manusia.Kanisius; Yogyakarta. 2004.
Sukidi. Gerakan Zaman Baru .Mizan:Bandung.2007.
Sumber Internet.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kreasionisme, diakses hari Minggu, 21 November 2010.pkl.09.00.
http://id.wikipedia.org/wiki/Deisme, diskses hAri Minggu, 21 November 2010, pkl. 10.00
Manusia adalah mahluk yang terlempar ke dunia. Demikian refleksi filsuf besar Martin Heidegger ketika ia berbicara tentang manusia dalam bukunya yang berjudul ada dan waktu (Being and Time). Kenyataan ini membawa manusia bertanya tentang keberadaan dirinya khususnya menyentuh persoalan asal dan tujuan hidupnya. Manusia kemudian bertanya, dari manakah dirinya berasal (Misteri kelahiran) dan hendak ke manakah dirinya kelak sesudah dia tiada lagi menghuni dunia ini (misteri kematian). Untuk menjawab pertanyaan ini, manusia merumuskan beberapa teori dan kepercayaan yang cukup layak membantu dirinya agar bisa menemukan jawaban atas pertanyaan dasar hidupnya itu.
Dalam bingkai kedua pertanyaan dasar di atas ini, tulisan ini akan menggambarkan secara singkat asal dan tujuan hidup manusia dalam aliran-aliran pemikiran dan kepercayaan manusia. Aliran-aliran yang ditelaah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut: aliran evolusionisme, kreasionisme (penciptaan), Deistik, Teistik, dan Progresif.
II. Manusia dalam Bingkai Aliran pemikiran
a. Evolusi Ateis
Teori ini dilontarkan oleh Charles Darwin yang menyatakan bahwa, melalui seleksi alami, mahluk hidup yang ada sekarang ini adalah hasil perkembangan tahap demi tahap dari bentuk yang lebih sederhana menuju ke tahap puncak sebagai titik “kulminasi” atas proses itu. Manusia dalam konsep Evolusi merupakan mahluk hidup yang berada dalam kondisi tertentu setelah mengalami seleksi alam.aliran ini sekaligus tidak mengakui adanya Tuhan dan sebagai pencipta semesta alam termasuk manusia.
b. Penciptaan (kreasionisme)
Kreasionisme adalah paham yang berhubungan dengan penciptaan. Paham ini mengajarkan bahwa setiap jiwa manusia diciptakan Allah. Kreasionisme melawan pandangan Evolusionisme yang melihat manusia sebagai pribadi yang tidak diciptakan tetapi ada dari proses seleksi alam. Manusia dalam pandangan kreasionisme adalah ciptaan yang agung karena berasal dari embusan napasnya sendiri (kejadian ...). manusia dalam gambaran kreasionisme adalah gambaran Alalh sendiri (Imago Dei). Dia adalah rupa Allah yang sempurna. Namun muncul pertanyaan kritis, masihkah manusia itu dikenal sebagai Imago Dei tatkala ciptaan (manusia) itu cacat baik secara moral maupun secara jasmaniah? Kreasionisme bertolak dari keteraturan dunia ini. Siapakah yang mengatur duniua ini sedemikian rupa sehingga kelihatan teratur dan sempurna. Pasti ada pengatur utama yang menghatur segalanya. Hal senada pernah dipikirkan oleh Plato bahwa dunia ini diciptakan oleh Demiurgos. Dia menciptakannya bukan dari ketiadaanya tetapi mengubah ketidakteraturan menuju keteraturan. Dari suasana khaos menuju kosmos.
Gagasan kreasionisme juga bertentangan dengan teoli naturalisme atau alamiah. Gagasan naturalisme melihat kelahiran manusia sebagai awal dan pada saat itulah manusia diciptakan. Manusia berasal dari seorang ibu yang melahirkan dia.
c. Deistik
Konsep ini mengacu pada pandangan tentang Allah yang berkembang di dalam pencerahan Inggris abad ke-18. Perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan alam dan tehnologi memengaruhi pandangan tentang alam bahwa alam ini bekerja secara mekanis seperti mesin. Karena bekerja secara mekanis, maka dia bisa mengurus dan bertanggungjawab atas hidup dan perkembangannya sendiir. Aliran ini tetap mengakui peran Allah sebagai pencipta, namun Allah hanya berhenti pada tindakkan mencipta. Namuin setelah mencipta, Allah mundur ke belakang dan tidak memiliki peran apapun bagi perkembgan alam semesta termasuk manusia. Paham ini melihat sisi otonomitas manusia dan alam semesta. Berbeda dengan pandangan ini, konsep penciptaan (Kreasionisme) mengakui bahwa Allah berperan dalam penciptaan dan masih turut bekerja setelah penciptaan dan sampai nasib akhir hidup manusia. Allah dalam Deisme tidak memiliki kepentingan apa pun terhadap misteri kematian manusia. Bersama Teori Evolusi ia mengafirmasi keadaan manusia pada saat mati sebagai mahluk yang tidak mampu bertahan dalam proses seleksi alam.
d. Teistik
Teistik adalah aliran yang mengakui adanya Tuhan. Tuhan adalah alfa dan omega. Dia sebagai awal dan akhir hidup manusia. Dia menciptakan, memelihara dan campur tangan dalam dunia manusia. Tidak seperti Deisme yang mengatakan bahwa Dia adalah pencipta yang jauh. Pengakuan adanya Tuhan sekaligus mengafirmasi penciptaan manusia dari yang Ilahi, maka aliran ini melihat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang terus dipeliharanya sampai akhir hidupnya.
e. Progresif
Dalam teori tentang manusia, teori progresif tidak secara gamblang diartikan sebagai aliran yang berkecimpung dalam perkara hidup manusia terutama tentang nasibnya sebagai mahluk hidup yang memilik awal, akhir, dan tujuan hidupnya. Istilah ini lebih banyak dipakai secara praktis dalam dunia hukum. Dalam dunia hukum istilah ini kerap disebut sebagai hukum progresif. Hukum progresif adalah hukum yang diberlakukan dalam masyarakat untuk kesejahteraan dan perkembangan hidup manusia. Dalam kerangka berpikir yang senada dengan teori hukum progresif ini, manusia menurut aliran progresif adalah mahluk hidup yang selalu mengejar kesejahteraan dan kemanjuan hidup.
Sesuai dengan arti kata progres secara harafiah yaitu maju atau kemanjuan, maka manusia memiliki hasrat untuk memajukan hidupnya tanpa campur tangan kekuatan lain yang mahakuasa di luar kemampuan dirinya. Mungkin kekuatan adikodrati itu dipercayai ada sejauh untuk menunjang kemajuan hidup manusia dewasa ini. Dengan demikian Allah dipercayai ada secara operasional dan kepentingan pragmatisme. Istilah ini sebenarnya dipopulerkan oleh penganut aliran New Age Movement (Gerakan Zaman Baru) yang mulai membumi di abad ke 20 dan mencapai puncaknya pada abad 21 ini.
Inilah pemahaman manusia dalam beberapa aliran klepercayaan dan pemikiran yang dikembangan dari abad ke abad. Definisi tentang siapakah itu manusia tersirat dalam pemahaman masing-masing aliran tentang Allah sebagai pencipta dan manusia sebagai ciptaan. Sangat menarik karena rupa-rupanya kerasionisme dan ateisme berada dalam posisi yang berbeda dengan Deisme, Evolusionisme, dan paham progresif. Dari sini kita bisa memberikan kesimpulan bahwa perkembangan pengetahuan amnusia bisa membongkar kemapanan dogmatis yang memegang erat kebenaran dalam bentuk dogma dan dotrin suci.
II. Menggugat asal muasal manusia
Untuk merumuskan asal usul manusia, kita bisa memberikan kesimpulanya berdasarkan defini siapakah manusia dalam pembahasan di atas. Pembahsan dalam bagian ini hanyalah gamabran secara menyeluruh tenatng asal usul amnusia berdasarkan ebbrapa teori ayng telah didefinisikan secara singkat di atas.
Aliran Evolusi mengakui bahwa manusia tidak diciptakan dari ketiadaan (creatio Ex Nihillo) seperti yang digagas dalam ajaran penciptaan teologi Kristen katolik. Manusia adalah hasil proses seleksi alam. Teori penciptaan menngakui dan mengimani bahwa manusia adalah ciptaan Allah. Manusia tidak jatuh secara kebetulan dari langit, tetapi ada yang menyebabkan dia hadir di dunia yaitu Allah sebagai penyebab utama yang tidak disebabkan oleh penyebab yang lain . Manusia adalah mahluk agung Allah. Kitab kejadian sungguh menggambarkan secara jelas proses ciptaan ini. Tiupan napas agung Allah kepada manusia merupakan gambaran partisipasi Allah dalam hidup manusia.
Deisme senada dengan kreasionisme bahwa manusia adalah ciptaan Allah. Namun deisme mengakui bahwa Allah hanya pencipta, tetapi bukan pemelihara. Dengan demikian Deisme tidak mengakui citra manusia sebagai secitra dengan Allah itu. Kaum teis kemudia berhadapan dengan Deisme ini untuk mempertahankan pemahaman kresionisme ini bahwa manusia berasal dari Allah dan tetap menjaganya sampai mati meskipun mahluk itu jatuh dalam kesalahan atau dosa. Sedangkan kaum progresif tidak ambil pusing dengan perkara asal usul manusia. Mereka hanya menitik-beratkan pada persoalan kesejahteraan hidup manusia.
III. Mengenal Peristirahatan Terakhir Manusia
Kita sudah melihat pemahaman siapakah itu manusia, dari mana dia berasal, dan sekaarang kita maju selangkah lagi untuk mengenal tujuan hidup manusia. Sebenarnya manusia sibuk dengan rutinitas dunia ini untuk apa dan hendak dibawa ke mana. Dalam gugatan asal muasal manusia, di situ ditelisik secara ringkas misteri kelahiran manusia. Secara alamiah, manusia itu lahir dari kedua orang tua kita. Namun, apakah sejak awal kita sudah mengenal secara pribadi bahwa kita bakal dilahirkan oleh seorang ibu yang namanya Sumiati (Contoh) dan ayahnya adalah Daniel? Ataukah kita sudah mengenal secara dini bahwa kita akan dilahirkan di sebuah desa tertentu pada hari tertentu dan tahun tertentu. Inilah letak kemisterian sebuah kelahiran. Kita baru menguak misteri itu lewat kesaksian orang-orang sekitar kita dan hal itu pun tidak sepenuhnya terkuak.
Sekarang kita akan berbicara tentang misteri kematian. Sebagai misteri karena tidak seorang pun mengenal secara pasti keadaanya pada saat kematiannya. Dan kematian adalah kenyataan yang tidak disangkal oleh setiap manusia. Namun pertanyaanya, ke manakah manusia setelah mengalami kematian? Lagi-lagi, aliran-aliran ini memberikan jawaban yang berbeda untuk menguak misteri ini.
Aliran Evolusi percaya bahwa kematian sungguh menghentikan kepribadian manusia yang mendalam. Kematian terjadi karena adanya proses pertentangan fisik antara unsur-unsur organis manusia dan unsur-unsur kimia di alam. Dengan demikian, tidak ada peziarahan jiwa setelah kematian. Karena kematian hanya berhentinya manusia bernapas dan sebagai akibat logis dari tiadanya daya tahan manusia dalam proses seleksi alam. Sedangkan kreasionisme dan Teisme mengakui bahwa awal dan hidup manusia berada dalam Tuhan. Allah yang menciptakan, amak Allah memiliki hak untuk mengambil kembali ciptaanya itu. Allah adalah awal dan akhir hidup manusia. Jikalau Allah adalah sang keabadian, maka manusia setelah mengalami kematian berada dalam keabadian ebrsama Allah. Mereka akan berdiri dengan barisan para kudus di surga.
Hal yang tidak senada dengan aliran Kreasionisme dan Teisme adalah deisme dan progresivisme. Kedua aliran ini tidak mengenal peristirahatan terakhir manusia. Manusia sebagai ciptaan Tuhan diyakini oleh penganut deisme, tetapi mereka tidak mengakui Allah sebagai peristirahatan terakhir manusia. Sedangkan kaum progresif tidak memiliki kecenderungan untuk mencari titik akhir dan awal hidup manusia. Mereka lebih menyibukan diri pada refleksi kekinian hidup manusia. Sejarah manusia amsa kini adalah pengejaran kaum progresif. An pengejaran itu berujung pada kepuasan materi dan kekayaan spiritual yang mendalam melalui kontak langsung dengan alam sebagai sumber energi yang kreatif agar manusia bertumbuh, berkembang dan mengalami kesejahteraan hidup.
IV. Penutup
Kita telah membuat kerangka yang sistematias atas hakikat manusia yaitu tentang siapakah dia, dari mana asalnya dan ke mana tujuan akhir hidupnya. Refleksi tentang hidup manusia tidak pernah berhenti, tetapi terus berkembang seturut kemajuan ilmu pengetaun dan tehnologi. Semakin definisi tentang manusia itu terus berkembang, maka teologi katolik juga harus berani mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan itu dan berani menerima ahsil riset yang sangat akurat dari para ilmuwan. Salah satu kesalahan yang terbesar Gereja adalah ketika mengekskomunikasi Gallileo Galliei atas penemuannya yang memutasr balikan kebenaran kristiani. Bahwa bumilah yang mengelilingi matahari(Helliosentrisme). Kepercayaan kristiani mengatakan bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi (Geosentrisme).
Manusia tidak pernah berhenti bertanya tentang dirinya. Hal ini dibenarkan oleh kenyataan bahwa pada hakikatnya manusia adalah mahluk bertanya. orang yang bertanya adalah orang yang bisa berpikir. Dan sebagian pemikir mengakui bahwa manusia justru mati ketika dia berhenti berpikir. Maka, janganlah berhenti berpikir dan beranilah berpikir sendir
DAFTAR PUSTAKA
Collins, O Gerrald . Kamus Teologi .Kanisius:yogyakarta. 1996
Ghaugassian , Peter Joseph . Sayap-sayap pemikiran Karl Gibran. Fajar Pustaka Baru:Yogyakarta. 2001.
Hardiman,F. Budi. Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai nietzsche.Gramedia:Jakarta.2007.
Hadi,P. Handono. Jati Diri Manusia. Kaniusius: Yogyakarta. 1996.
Snijders,Adelbert. Antropologi Filsafat Manusia.Kanisius; Yogyakarta. 2004.
Sukidi. Gerakan Zaman Baru .Mizan:Bandung.2007.
Sumber Internet.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kreasionisme, diakses hari Minggu, 21 November 2010.pkl.09.00.
http://id.wikipedia.org/wiki/Deisme, diskses hAri Minggu, 21 November 2010, pkl. 10.00
Comments
Post a Comment