ANDAI TUHAN ITU SUNGGUH TELAH MATI (Menelaah Pemikiran Nietzsche)
Seorang filsuf kelahiran Jerman yang bernama Friedrick Wilhelm Nietzshe memiliki gagasan yang berbeda tentang Tuhan. Melalui bukunya yang berjudul "the gay science (ilmu kebahagiaan) Nietzsche menggagas perihal kematian Tuhan. Dia memaklumatkan bahwa Tuhan sudah mati.
Lalu apa sesungguhnya inti dari kematian Tuhan dalam gagasan filsuf ini? Dengan diberikan konsep "mati" di dalam Tuhan, Nietzsche ingin mengatakan bahwa keberadaan Tuhan tergantung pada sintetis. Tuhan menjadi argumen yang dapat dipertanggungjawabkan hanya dalam kaitannya dengan waktu, menjadi, sejarah, dan manusia. Oleh sebab itu,Nietzsche memberikan konsep kematian di dalam argumennya tentang Tuhan.
Dengan kematian Tuhan, dia kemudian mengajukan konsep kelahiran Tuhan baru. Jika Tuhan mati, manusialah yang menjadi Tuhan.
Siapa yang membunuh Tuhan? Nietzsche dalam tulisannya juga menelaah kisah-kisah kitab suci kristiani. Secara khusus perihal Yesus yang mati karena dosa manusia. Juga perihal pernyataan St. Paulus bahwa Yesus Mati untuk melunasi hutang yang sangat besar yaitu dosa manusia. Dalam konteks ini, yang membunuh Tuhan adalah kita semua karena kedosaan kita. Kita adalah pembunuh Tuhan. Dia terbunuh oleh pikiran dan sikap kita. Terbunuh oleh pikiran manusia yang seolah mampu mengurus dirinya sendiri dengan kemampuan pikirannya yang amat dahsyat.
Abad 20 seringkali identik dengan zaman iluminasi atau zaman pencerahan. Manusia seorah dibuka pikirannya untuk dapat melihat segala hal dengan kekuatan pikiraannya. Sekaligus zaman ini menggugah manusia untuk mulai meninggalkan kebiasaan lama yang tunduk pada adat istiadat yang luput dari kritikan akal budi. Bahkan ajaran agama dikritisi. Manusia pada zaman ini tidak lagi dikekang oleh apapun untuk bersikap kritis terhadap ajaran lama yang melekat pada dirinya. Termasuk memaklumatkan kematian Tuhan.
Ketiadaan Tuhan karena dia sudah mati membawa implikasi pola pikir baru dalam dunia filsafat Nietzsche. Dia mengatakan bahwa dengan tidak adanya kehadiran Tuhan, kita hidup bukan sebagai budak yang takut akan tuannya melainkan menjadi tuan itu sendiri. Untuk hal ini dia menggunakan istilah Ubermensch. Istilah ini tidak sama dengan istilah superman yang berkonotasi stagnan melainkan memakai istilah overman yang terus menerus berubah secara simultan. Ubermensch diartikan dengan kata "manusia atas".
Filsafat Nietzsche lahir pada zamannya yaitu sebuah zaman yang ditandai oleh sebuah kenyataan bahwa agama pada waktu itu dimaknai sebagai bentuk pelarian manusia dari masalah yang ada di dunia nyata. Manusia. Agama menjadi candu bagi manusia tatkala manusia memiliki ketergantungan terbesar terhadap agama karena menawarkan kuasa Allah yang membebaskan dan menghibur manusia yang sedang menderita. Pada zaman itu masyarakat dibagi dalam dua kelas yaitu kelas tuan dan budak. Kelas budaklah yang memiliki kecanduan terhadap agama karena ajaran agama meneguhkan dan menguatkan mereka.
Pemikiran Nietzsche sangat berpengaruh pada saat itu. Banyak yang mengutuknya tetapi tidak sedikit juga yang memberi dukungan dengan dalih bahwa mereka sudah dicerahkan. Ateisme lahir dengan begitu pesat semenjak pemikirannya ini tersebar ke kalangan masyarakat.
Pemikiran Nietzsche tentu saja bertentangan dengan keyakinan kaum agamis zaman ini. Akan tetapi sekaligus sebagai autokritik bahwa beragama itu tidak sekedar mengenal bungkusnya. Ajaran agama itu dihayati dalam hidup terutama dalam hubungannya dengan cinta kita kepada sesama. Tuhan mati karena kedosaan kita. Akan tetapi hal yang sangat keliru dalam.pemikiran Nietzsche adalah konsep mengenai Ubermensch atau manusia atas sebagai pengganti Tuhan yang telah mati. Manusia sesungguhnya memiliki keterbatasan. Dan karena keterbatasannya itu kita percaya bahwa ada suatu kenyataan di luar manusia yang sifatnya tak terbatas dan tidak dapat dibatasi apapun dan dapat mengatasi segala yang sifatnya terbatas. Pemikiran Nietzsche kemudian melahirkan perkembangan teori di bidang motivasi hidup yang dipromotori para motivator dunia dengan mendengungkan keyakinan atas diri manusia untuk keluar dari keterbatasan dirinya dengan memaksimalkan kemampuan dirinya. Sesungguhnya Allah telah melelengkapi kita dengan akal budi, hati nurani, dan kehendak bebas. Maksimalkanlah kekuatan itu untuk keberlangsungan hidup kita.
Lalu apa sesungguhnya inti dari kematian Tuhan dalam gagasan filsuf ini? Dengan diberikan konsep "mati" di dalam Tuhan, Nietzsche ingin mengatakan bahwa keberadaan Tuhan tergantung pada sintetis. Tuhan menjadi argumen yang dapat dipertanggungjawabkan hanya dalam kaitannya dengan waktu, menjadi, sejarah, dan manusia. Oleh sebab itu,Nietzsche memberikan konsep kematian di dalam argumennya tentang Tuhan.
Dengan kematian Tuhan, dia kemudian mengajukan konsep kelahiran Tuhan baru. Jika Tuhan mati, manusialah yang menjadi Tuhan.
Siapa yang membunuh Tuhan? Nietzsche dalam tulisannya juga menelaah kisah-kisah kitab suci kristiani. Secara khusus perihal Yesus yang mati karena dosa manusia. Juga perihal pernyataan St. Paulus bahwa Yesus Mati untuk melunasi hutang yang sangat besar yaitu dosa manusia. Dalam konteks ini, yang membunuh Tuhan adalah kita semua karena kedosaan kita. Kita adalah pembunuh Tuhan. Dia terbunuh oleh pikiran dan sikap kita. Terbunuh oleh pikiran manusia yang seolah mampu mengurus dirinya sendiri dengan kemampuan pikirannya yang amat dahsyat.
Abad 20 seringkali identik dengan zaman iluminasi atau zaman pencerahan. Manusia seorah dibuka pikirannya untuk dapat melihat segala hal dengan kekuatan pikiraannya. Sekaligus zaman ini menggugah manusia untuk mulai meninggalkan kebiasaan lama yang tunduk pada adat istiadat yang luput dari kritikan akal budi. Bahkan ajaran agama dikritisi. Manusia pada zaman ini tidak lagi dikekang oleh apapun untuk bersikap kritis terhadap ajaran lama yang melekat pada dirinya. Termasuk memaklumatkan kematian Tuhan.
Ketiadaan Tuhan karena dia sudah mati membawa implikasi pola pikir baru dalam dunia filsafat Nietzsche. Dia mengatakan bahwa dengan tidak adanya kehadiran Tuhan, kita hidup bukan sebagai budak yang takut akan tuannya melainkan menjadi tuan itu sendiri. Untuk hal ini dia menggunakan istilah Ubermensch. Istilah ini tidak sama dengan istilah superman yang berkonotasi stagnan melainkan memakai istilah overman yang terus menerus berubah secara simultan. Ubermensch diartikan dengan kata "manusia atas".
Filsafat Nietzsche lahir pada zamannya yaitu sebuah zaman yang ditandai oleh sebuah kenyataan bahwa agama pada waktu itu dimaknai sebagai bentuk pelarian manusia dari masalah yang ada di dunia nyata. Manusia. Agama menjadi candu bagi manusia tatkala manusia memiliki ketergantungan terbesar terhadap agama karena menawarkan kuasa Allah yang membebaskan dan menghibur manusia yang sedang menderita. Pada zaman itu masyarakat dibagi dalam dua kelas yaitu kelas tuan dan budak. Kelas budaklah yang memiliki kecanduan terhadap agama karena ajaran agama meneguhkan dan menguatkan mereka.
Pemikiran Nietzsche sangat berpengaruh pada saat itu. Banyak yang mengutuknya tetapi tidak sedikit juga yang memberi dukungan dengan dalih bahwa mereka sudah dicerahkan. Ateisme lahir dengan begitu pesat semenjak pemikirannya ini tersebar ke kalangan masyarakat.
Pemikiran Nietzsche tentu saja bertentangan dengan keyakinan kaum agamis zaman ini. Akan tetapi sekaligus sebagai autokritik bahwa beragama itu tidak sekedar mengenal bungkusnya. Ajaran agama itu dihayati dalam hidup terutama dalam hubungannya dengan cinta kita kepada sesama. Tuhan mati karena kedosaan kita. Akan tetapi hal yang sangat keliru dalam.pemikiran Nietzsche adalah konsep mengenai Ubermensch atau manusia atas sebagai pengganti Tuhan yang telah mati. Manusia sesungguhnya memiliki keterbatasan. Dan karena keterbatasannya itu kita percaya bahwa ada suatu kenyataan di luar manusia yang sifatnya tak terbatas dan tidak dapat dibatasi apapun dan dapat mengatasi segala yang sifatnya terbatas. Pemikiran Nietzsche kemudian melahirkan perkembangan teori di bidang motivasi hidup yang dipromotori para motivator dunia dengan mendengungkan keyakinan atas diri manusia untuk keluar dari keterbatasan dirinya dengan memaksimalkan kemampuan dirinya. Sesungguhnya Allah telah melelengkapi kita dengan akal budi, hati nurani, dan kehendak bebas. Maksimalkanlah kekuatan itu untuk keberlangsungan hidup kita.
Comments
Post a Comment