
Apakah itu kebenaran sehingga lantas digugat? Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefisikan kebenaran demikian "Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyek bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yg sesuai dengan (atau tidak ditolak oleh) orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan yang merupakan objek dan pengetahuan tidak sesuai." Sedangkan para filsuf memiliki teori dan definisi sendiri perihal kebenaran. Ada 4 teori yang dikembangkan oleh para filsuf perihal kebenaran yaitu:
1. Teori Corespondence. Teori ini menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu keadaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
2. Teori Consistency . Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesan yang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
3. Teori Pragmatisme. Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal para pendidik sebagai metode project atau medoe problem solving dalam pengajaran. Sesuatu dianggap benar jika mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengembalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
4. Kebenaran Religius. Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Dari beberapa teori kebenaran yang diungkapkan para filsuf ini muaranya adalah perihal kesesuaian antara subjek dan objek dalam menelaah suatu hal. Untuk memastikan bahwa terdapat kesesuaian, dibuat atau bahkan dicari rujukan sebagai pembuktian bahwa hal tersebut adalah benar atau sesuai. Namun, kebenaran tidak hanya berkaitan dengan kesesuaian antara objek dan subjek tetapi lebih dari itu kebenaran selalu memiliki penafsiran yang ganda (multi tafsir).
Kebenaran yang sering diperdebatkan masyarakat adalah kebenaran religius. Kebenaran ini awal mulanya diterima dengan baik tanpa amsalah dan tangan terbuka. Namun, seiring perkembangan zaman dan perubahan cara berpikir manusia terhadap alam sekitarnya, muncul gugatan terhadap kebenaran religius yang selama ini diagungkan. Salah satu peristiwa yang tidak akan dilupakan Gereja dalam sejarah pengembaraannya adalah yaitu perihal gugatan Galileo Galilei atas ajaran Gereja tentang pusat tata surya. Bagi Gereja, pusat tata surya adalah bumi. Dimana matahari itu berputar mengelilingi bumi yang dikenal denagn istilah Geosentrisme. Pendapat Gereja ini dikritisi oleh Galileo Galilei bahwa pusat tata surya adalah matahari. Bumi dan planet lainnya berputar mengelilingi matahari. Teori ini sering disebut Heliosentrisme.
Terhadap pandangan Galileo ini, Gereja tidak tinggal diam. Tahta suci kemudian mengambil kebijakan dengan memberikan kutukan kepada Galileo dan distigmatisasi sebagai pribadi yang melawan ajaran Gereja. Namun, dalam perjalanan waktu ternyata teori Galileo ini benar. Hal ini didukung oleh pendapat beberapa ahli bahkan ahli yang beragama kristen. Gereja kemudian mencabut hukuman terhadap Galileo tetapi dia sudah meninggal.
Jika kita melihat kebenaran suatu objek sebagai kebenaran tunggal, muncul pemaksaan agar diakui dan diikuti sebagai satu-satunya kebenaran. Padahal kebenaran itu sangat pluralis. Kebenaran itu perlu dibuka kemungkinan untuk dikritisi lebih lanjut. Ketika kita terjebak dalam pemahaman bahwa kebenaran itu sifatnya tunggal, kita menjadi fanatik dan buta terhadap kemungkinan-kemungkinan lainnya. Para Teroris percaya bahwa membunuh sebagai bentuk jihad itu merupakan perintah Allah dan akan mendapat pahala yang besar. Alquran memang memerintahkan jihad. Hal tersebut tampak dalam salah satu kuti[pan berikut "
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
Artinya : “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an dengan jihad yang besar.” (QS. Al-Furqan [25] : 52)" Jihad itu diperintahkan Alquran, akan tetapi bukan jihad seperti yang didengungkan pada zaman jahiliah. Tetapi Jihad dalam kontek sekarang adalah perihal peperangan besar melawan diri sendiri yang selalu mengingkari perintah Tuhan. Melawan diri sendiri yang begitu mudah berbuat dosa. Bagi para pejabat, bentuk jihad tampak dalam pilihannya untuk tidak koruptif. Masyarakat umum, jihad dimengerti sebagai pilihan untuk tidak menjadi sumber masalah di tengah masyarakat, tetapi menajdi solusi bagi setiap permasalahan yang ada. Apa yang kita anggap benar dan mendapat rujukannya dari ajaran agama, perlu ditafsikan kembali sesuai dengan konteks zaman.
Suatu ketika, warga di suatu kampung mendirikan gua Maria tempat penghormatan khusus kepada Maria dan di gua tersebut diletakan patung Maria ayng sangat besar dan tinggi. Kebetulan kampung tersebut mayoritas warganya beragama kristen, tidak kesulitan bagi mereka untuk membangun Gua tersebut. Gua tersebut sudah dibangun dengan megah. Bahkan setiap hari selalu ramai dikunjungi warga kampung dan umat yang berasal dari daerah lainnya. Gua itu sudah berdiri puluhan tahun dan tidak pernah dibersihkan. Katanya agar daya magis dari gua tersebut tidak hilang. Bahkan patung Bunda Maria yang terdapat di gua tersebut mengalami perubahan warna. Dari warna putih mengkilap menjadi hitam legam.
Suatu ketika, seorang pengunjung dari kampung lain berinisiatif untuk membersihkan patung tersebut. Setelah dia membersihkan patung tersebut, warnya kembali ke warna semula yaitu putih mengkilap. Pada saat itu hadir juga salah satu warga kampung menyaksikan peristiwa tersebut. Dia tidak berbicara banyak hal. Dia hanya memandangnya dalam diam. Tetapi ketika pekerjaan membersihkan patung tersebut hampir selesai, warga yang menyaksikan peristiwa tersebut berlari ke kampungnya dan berteriak minta tolong bahwa patung Bunda Maria sudah dicemari oleh tangan kaum pendosa. Warga kampungpun denagn segera pergi ke lokasi kejadian. Ketika mereka tiba di lokasi kejadian, mereka sangat terkejut akan perubahan warna patung Bunda Maria tersebut. Seorang kepala kampung kemudian memanggil saudara yang membersihkan patung tersebut untuk segera diadili. Dia diadili karena mencederai kebenaran yang mereka anut selama ini bahwa warna patung bunda maria itu adalah hitam legam bukan putih mengkilap.
Peristiwa dalam kisah tersebut adalah gambaran ayng sangat jelas bahwa kita tidak dapat membuka diri terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam hiodup ini. Kebenaran itu berisi kemungkinan-kemungkinan. Tidak ada kebenaran yang final. Bahkan Tuhan sebagai bentuk penjelmaan kebenaran tunggal juga digugat keberadaannya.
Comments
Post a Comment